Batu Rubi yang Retak

Alkisah, di sebuah kerajaan, raja memiliki sebuah batu rubi yang sangat indah. Raja sangat menyayangi, mengaguminya, dan berpuas hati karena merasa memiliki sesuatu yang indah dan berharga. Saat permaisuri akan melangsungkan ulang tahunnya, raja ingin memberikan hadiah batu rubi itu kepada istri tercintanya. Tetapi saat batu itu dikeluarkan dari tempat penyimpanan, terjadi kecelakaan sehingga batu itu terjatuh dan tergores retak cukup dalam.

Raja sangat kecewa dan bersedih. Dipanggillah para ahli batu-batu berharga untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Beberapa ahli permata telah datang ke kerajaan, tetapi mereka menyatakan tidak sanggup memperbaiki batu berharga tersebut.

“Mohon ampun, Baginda. Goresan retak di batu ini tidak mungkin bisa diperbaiki. Kami tidak sanggup mengembalikannya seperti keadaan semula.”

Kemudian sang baginda memutuskan mengadakan sayembara, mengundang seluruh ahli permata di negeri itu yang mungkin waktu itu terlewatkan.

Tidak lama kemudian datanglah ke istana seorang setengah tua berbadan bongkok dan berbaju lusuh, mengaku sebagai ahli permata. Melihat penampilannya yang tidak meyakinkan, para prajurit menertawakan dia dan berusaha mengusirnya. Mendengar keributan, sang raja memerintahkan untuk menghadap.

“Ampun Baginda. Mendengar kesedihan Baginda karena kerusakan batu rubi kesayangan Baginda, perkenankanlah hamba untuk melihat dan mencoba memperbaikinya. ”

“Baiklah, niat baikmu aku kabulkan,” kata baginda sambil memberikan batu tersebut.

Setelah melihat dengan seksama, sambil menghela napas, si tamu berkata, “Saya tidak bisa mengembalikan batu ini seperti keadaan
semula, tetapi bila diperkenankan, saya akan membuat batu rubi retak ini menjadi lebih indah.”

Walaupun sang raja meragukan, tetapi karena putus asa tidak ada yang bisa dilakukan lagi dengan batu rubi itu, raja akhirnya setuju. Maka, ahli permata itupun mulai memotong dan menggosok.

Beberapa hari kemudian, dia menghadap raja. Dan ternyata batu permata rubi yang retak telah dia pahat menjadi bunga mawar yang sangat indah. Baginda sangat gembira, “Terima kasih rakyatku. Bunga mawar adalah bunga kesukaan permaisuri, sungguh cocok sebagai hadiah.”

Si ahli permata pun pulang dengan gembira. Bukan karena besarnya hadiah yang dia terima, tetapi lebih dari itu. Karena dia telah membuat raja yang dicintainya berbahagia.

Netter yang luar biasa…. Di tangan seorang yang ahli, benda cacat bisa diubah menjadi lebih indah dengan cara menambah nilai lebih yang diciptakannya. Apalagi mengerjakannya dengan penuh ketulusan dan perasaan cinta untuk membahagiakan orang lain.

TIDAK ADA MANUSIA YANG SEMPURNA DI DUNIA INI

Saya kira demikian pula bagi manusia, tidak ada yang sempurna, selalu ada kelemahan besar ataupun kecil. Tetapi jika kita memiliki kesadaran dan tekad untuk mengubahnya, maka kita bisa mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada sekaligus mengembangkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki sehingga keahlian dan karakter positif akan terbangun. Dengan terciptanya perubahan-perubahan positif tentu itu merupakan kekuatan pendorong yang akan membawa kita pada kehidupan yang lebih sukses dan bernilai!

Sumber: Batu Rubi yang Retak oleh Andrie Wongso

Indahnya Saling…….(Kalahkah sama semut???)

Pada kondisi pikiran yg lagi stak, iseng saja mengamati perilaku sekawanan semut, yg berduyun2 dengan rapih & bergembira  hilir -mudik kesana -kemari di sebuah pojok halaman rumah, kalau diamati dengan seksama, sungguh unik dan luar biasa sikap dan perilaku dari sekawanan semut tersebut. Setiap bertemu dengan kawan/saudaranya yang lain mereka senantiasa bersalaman satu sama lain,bertegur sapa ato mungkin juga mereka saling menanyakan kabar y?!  hehehe…..

kemudian ketika temannya sedang kesulitan memikul beban dari yg dibawanya, tanpa diminta bantuan teman yang lainny datang dengan segera membantu memikul beban yg dibawa temanny tsb secara bersama-sama. Kemudian ketika ada yg terluka, sebagian temannya mengerumuni semut yg terluka tersebut, Aku pikir mereka lagi memberikan motivasi, menanyakan keadaaan si semut yang terluka & kalau diperlukan mereka akan segera memberikan bantuannya.

Fenomena tersebut membuatku takjub,& iri pada semut…..
Subhanallah…….Bisakah manusia bersikap seperti itu?! Sungguh indahny?!
Mereka begitu harmonis dan hidup rukun antara saudaranya sesama semut
mereka saling tolong menolong, saling sepenanggungan, saling menghargai & saling berempati dengan saudara-saudaranya yang lain. Padahal mereka tidak sekolah ataupun kuliah…..iya gitu???Apa ada sekolahan semut gitu?! Hehehe……

Sangat kontradiksi dengan sikap&perilaku manusia dengan saudaranya sesama manusia yang katanya memiliki kelebihan akal/pikiran, hati & jasad. Tidak sedikit mereka saling sikut, saling menjatuhkan, saling menjelekkan/melecehkan, fitnah sana-fitnah sini, saling serang-menyerang & mereka baru mau menghargai/saling menghormati hanya dengan saudara sesama manusia yang memiliki status social yang sama/lebih tinggi baik dinilai dari harta, tahta & status sosial yang lainya….. kalau yang status sosialnya lebih rendah mereka lecehkan…. serasa menjadi manusia yang paling sempurna & paling mulia……. (Tentunya tidak semuanya seperti itu)

Astaghfirullah…..padahal setiap manusia itu mempunyai hak yang sama untuk dihargai/dihormati meskipun dia dilahirkan di emperan/sbg orang yg kurang beruntung, karena mereka sama2 makhluk ciptaan Tuhan YME, yang memiliki kekurangan/kelebihan masing2 & tidak bisa hidup sendirian…..

pantaskah manusia bersombong/berbangga diri? Astaghfirullah…….

Marilah kita belajar pada semut tuk bersikap pada saudara/i kita sesama manusia & sesama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa!

Ahmed Zewail, Bapak Femtokimia

Ahmed Zewail, Bapak Femtokimia

Berkat jasanya ilmu kimia memiliki cabang baru yang disebut Femtokimia. Atas jasanya itu,  Zewail didapuk sebagai Bapak Femtokimia.

Para sejarawan sains Barat mengakui bahwa ilmu kimia merupakan warisan peradaban Islam pada era kekhalifahan.  Will Durant dalam The Story of Civilization IV: The Age of Faith, mengatakan, para kimiawan Muslim di zaman kekhalifahan telah meletakkan fondasi ilmu kimia modern.

”Kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh peradaban Islam,” papar Durant. Tak heran jika  kimiawan Muslim di era keemasan bernama Jabir Ibnu Hayyan ditabalkan sebagai ”Bapak Kimia Modern”. Kontribusi kimiawan Muslim tak hanya diakui di era keemasan, pada zaman globalisasi pun  kimiawan Muslim masih berprestasi.

Salah seorang penerus jejak Jabir Ibnu Hayyan di era modern itu bernama Ahmed Hassan Zewail atau Ahmed Zewail. Ia  merupakan ahli kimia Muslim  yang pernah meraih hadiah Nobel Kimia pada 1999. Penghargaan bergengsi itu diraihnya setelah berhasil  spektroskopi femto laser.

Berkat jasanya ilmu kimia memiliki cabang baru yang disebut femtokimia. Atas jasanya itu, Zewail didapuk sebagai ”Bapak Femtokimia”. Zewail terlahir pada 26 Februari 1946 di Damanhur — yang terletak 60 Km dari kota Alexandria, Mesir. Ayahnya seorang pegawai negeri sipil, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.

Sejak remaja, Zewail sangat mencintai ilmu kimia. Bahkan, dia sering menghabisakan waktu berhari-hari untuk melakukan berbagai macam penelitian kimia kecil-kecilan. Kecintaannya  terhadap  Kimia mendorongnya untuk mendalami ilmu itu dengan sangat serius.

Menurut Zewail, kimia sangat memesona dan memberinya pengalaman-pengalaman yang menakjubkan. ”Kimia menyediakan fenomena laboratorium yang ingin dicoba ulang dan dipahaminya secara terus menerus,” tuturnya.

Tanpa sepengetahuan orang tuanya, di dalam kamar tidur sendiri, Zewail kecil, sempat merakit sebuah peralatan kecil yang terbuat dari kompor ibunya serta beberapa tabung gelas milik keluraganya untuk mengamati bagaimana sebatang kayu diubah menjadi asap dan cairan.

Selama masa SMA, kegiatan Zewail tak pernah terlepas dari berbagai macam percobaan kimia. Rupanya kimia telah mendarang daging dan menjadi bagian hidupnya. Setamat SM, Zewail memutuskan kuliah di Fakultas Sains Universitas Alexandria, jurusan kimia.

Pada 1967, Zewail lulus dari Fakultas Sains Universitas Alexandria sebagai seorang sarjana kimia dengan meraih predikat cum laude. Melihat prestasinya yang sangat cemerlang di bidang pendidikan, terutama kimia, Zewail akhirnya diangkat sebagai asisten dosen di fakultasnya.

Setelah itu, dia mendapatkan beasiswa S-2 guna mengasah bakat dan ilmunya lebih lanjut. Sebagai seorang asisten dosen dia sangat disukai oleh para mahasiswanya. Sebab selain baik budi pekertinya, dia mampu memberikan penjelasan-penjelasan tentang kimia kepada mahasiswanya dengan baik. Sehingga para mahasiswanya mampu menyerap ilmu yang disampaikannya.

Pada 1969,  ia berkesempatan mendapat beasiswa pada prgram doktoral  Universitas Pensylvania, Philadelphia, Amerika Serikat.  Pertama kali menginjakkan kaki dan belajar di Amerika Serikat membuat Zewail merasa sangat kesulitan. Maklum saja, budaya antara Mesir dan Amerika  sangat jauh berbeda. Selain itu, kemampuan berbahasa Inggrisnya masih pas-pasan. Meski begitu,  Zewail berbekal tekad baja, ia akhirnya mampu belajar di negara tersebut.

Berbekat otak yang encer,  Zewail mampu menyelesaikan disertasinya dalam waktu yang singkat, yakni delapan bulan. Topik penelitian yang dikajinya dalam disertasinya itu tentang interaksi molekul dengan cahaya atau disebut spektroskopi pasangan molukeul (dimer). Pada 1974, Zewail meraih gelar doktor.

Begitu menyelesaikan studinya, wilayah Timur Tengah dilanda peperangan dan mengalami pergolakan hebat. Zewail pun memutuskan kembali ke tanah kelahirannya, Mesir. Ia akhirnya bekerja sebagai peneliti pascadoktoral di Universitas Barkeley selama dua tahun dan melamar posisi dosen ke universitas-universitas ternama di Amerika Serikat.

Setelah menerima beberapa tawaran,  ia memutuskan memilih berkarir pada California Institute of Technology di California. Di universitas tersebut, Zewail melakukan penelitian keadaan transisi reaksi kimia.

Keadaan transisi reaksi kimia adalah waktu yang harus dilalui molekul atau atom saat bereaksi. Keadaan ini sangat sulit diamati sebab terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Waktu keadaan transisi yaitu dalam rentang femtodetik (sepuluh pangkat minus 15 detik). Sebagai gambaran, satu femtodetik setara dengan satu detik dibagi 32 juta tahun.

Seperti para ahli kimia yang sudah melakukan penelitian sebelumnya, Zewail menghadapi berbagai macam masalah teknis dalam melakukan penelitian keadaan transisi ini. Bahkan beberapa ilmuwan mengatakan, apa yang dilakukan Zewail itu tidak akan berhasil.

Zewail tak seperti ahli kimia lainnya yang pesimistis. Ia justru tertantang dan sekamin intensif dalam penelitiannya. Saking bersemangatnya,  ia sering berada di laboratorium sampai pukul  4 pagi dan menghabiskan bergelas-gelas kopi.

Dia terus saja fokus terhadap penelitiannya. Hingga akhirnya, pada akhir1980-an, Zewail berhasil mengamati keadaan transisi reaksi kimia garam natrium iodida dengan spektotrofotometer baru ciptaannya, yang sumber cahayanya berasal dari laser berdurasi femtodetik.

Meski berhasil dalam penelitiannya, Zewail belum merasa puas. Dia menggunakan alatnya itu untuk meneliti reaksi-reaksi kimia lain dari  cairan, padatan, gas, dan bahkan reaksi-reaksi kimia hayati (reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup). Penelitian-penelitian Zewail tersebut diakui dan dipuji sebagai terobosan oleh komunitas ilmiah. Beberapa tahun kemudian, penelitian-penelitan Zewail dan koleganya melahirkan cabang baru ilmu kimia yang disebut femtokimia.

Tidak hanya itu, pada  1999, Zewail pun dianugerahi Hadiah Nobel Kimia. Dengan demikian, Zewail adalah peletak dasar pengembangan femtokimia, sehingga ia layak disebut sebagai Bapak Femtokimia.

Bahkan Zewail pernah dinominasikan menjadi salah satu anggota Presidential Council of Advisors on Science and Technology (PCAST) bagi kepemimpinan Presiden Amerika Serikat yang baru Barack Obama. PCAST berbicara pnajang lebar mengenai edukasi, ilmu pengetahuan, pertahanan, energi, ekonomi, serta teknologi.

Prestasi dan Karya Penerus Jabir Ibnu Hayyan

Atas penemuannya terhadap ilmu femtokimia, Zewail mendapatkan berbagai macam penghargaan. Selain mendapatkan Nobel Kimia, ia juga meraih penghargaan Wolf Prize dalam bidang kimia pada  1993 dari Wolf Foundation.  Tolman Medal dan Robert A Welch Award juga sempat dianugerahkan kepadanya pada 1997.

Pada 1999, dia mendapatkan gelar penghormatan tertinggi di Mesir yaitu Grand Collar of the Nile. Zewail juga mendapatkan sempat menerima  gelar kehormatan PhD Honoris dari Lund University di Swedia pada  Mei 2003. Ia juga tercatat sebagai salah seorang anggota Royal Swedish Academy of Sciences.

Cambridge University juga menganugerahinya gelar Honorary Doctorate in Science pada 2006. Dua tahun kemudian, tepatnya Mei 008, Zewail juga menerima menerima PhD Honoris Causa dari Complutense University of Madrid.  Setahun kemudian, ia juga diberikan honorary PhD dalam seni dan ilmu pengetahuan dari University of Jordan.

Kecintaan Zewail terhadap ilmu pengetahuan, terutama kimia membuatnya tak pernah lelah untuk menuliskan berbagai macam cara dia melakukan percobaan kimia, termasuk prosesnya, hingga akhirnya mendapatkan hasil reaksi kimia yang mengagumkan.

Dia terus menerus menulis berbagai macam karya yang berkaitan dengan ilmu kimia untuk membagikan pengetahuannya terhadap kimia kepada semua orang. Sejumlah karya-karya besar Zewail dalam ilmu kimia antara lain: Advances in Laser Spectroscopy I,  Advances in Laser Chemistry,  Photochemistry and Photobiology, Volume 1 dan 2, Ultrafast Phenomena VII, The Chemical Bond: Structure and Dynamics,  Ultrafast Phenomena VIII, serta Ultrafast Phenomena IX.

Selain itu, dia juga menulis karya lainnya bertajuk, Femtochemistry: Ultrafast Dynamics of the Chemical Bond, serta  Voyage Through Time: Walks of Life to the Nobel Prize. Buku yang terkait dengan peristiwa Zewail mendapatkan Nobel ini diterjemahkan ke dalam 17 bahasa antara lain Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, Romania, Hungaria, Rusia, Arabi, Cina, Korea, Indonesia, India

Ia juga menulis buku bertajuk Age of Science, Time (Al Zaman, in Arabic), Dialogue of Civilizations 2007, Physical Biology: From Atoms to Medicine, serta  4D Electron Microscopy.

Selain menulis berbagai macam buku tersebut, Ahmad Zewail juga menjadi editor  Encyclopedia of Analytical Chemistry. Hal itu dilakukannya supaya tidak ada kesalahan dalam menuliskan ensiklopedia kimia tersebut. dya/taq

sumber: http://www.republika.co.id/berita/74090/Ahmed_Zewail_Bapak_Femtokimia

Siapakah orang yang berbahagia?

Dia adalah orang :

Yang mau menyediakan waktunya untuk membaca, karena membaca itu sumber hikmah

Yang mau menyediakan waktunya untuk tertawa, karena tertawa itu musiknya hidup

Yang mau menyediakan waktunya untuk berpikir, karena berpikir itu pangkal kemajuan

Yang mau menyediakan waktunya untuk beramal mulia, karena beramal itu pangkal kejayaan

Yang mau menyediakan waktunya untuk bercanda, karena bercanda itu akan membuat kita selalu muda

Yang mau menyempatkan waktunya untuk beribadah, karena beribadah adalah ibu dari segala ketenangan jiwa

Muslim Ahli Nuklir dari Pakistan

Kamis, 06 Agustus 2009 07:59
E-mail Cetak PDF
seorang ilmuwan penting yang dimiliki umat Islam di zaman modern adalah Sultan Bashiruddin Mahmood

Dunia Islam tak hanya mampu melahirkan sederet ilmuwan terkemuka pada masa keemasan. Di era modern pun, dunia Islam memiliki begitu banyak ilmuwan penting, yang kiprah dan dedikasinya telah diakui dunia.
Salah seorang ilmuwan penting yang dimiliki umat Islam di zaman modern adalah Sultan Bashiruddin Mahmood. Ia seorang ahli nuklir dari Pakistan. Ba shiruddin terlahir pada 1938 di Amratsar, India. Ketika berusia sembilan tahun, ia bersama keluarganya hijrah ke Pa kistan setelah negara itu meraih ke merdekaan dari Inggris pada 1947. Bashiruddin berasal dari keluarga tak berpunya. Ayahnya hanya seorang pekerja sosial yang miskin di Lahore, Pakistan. Kemiskinan tak membuat sang ayah abai akan pendidikan anaknya. Dengan penghasilan pas-pasan, ayahnya menyekolahkan Bashiruddin dengan sekuat tenaga.

Dukungan dan dorongan sang ayah tak disia-siakan Bashiruddin. Semenjak belia, ia memang tergolong anak berotak encer. Bashiruddin amat tertarik dengan dunia pengetahuan. Ia berbeda dengan anak-anak sebayanya yang kurang peduli dengan pendidikan.

Dia bahkan rela berjalan kaki berkilokilo meter tanpa mengenakan sepatu menuju sekolah, demi mengejar citacitanya menjadi seorang ilmuwan. Melihat semangat belajarnya yang menggebu, sang ayah pun menyekolahkan Bashiruddin di Sekolah Pemerintah Lahore — sekolah terbaik pada masa itu.

Berkat kecerdasannya yang luar biasa, Bashiruddin pun mendapatkan beasiswa dari pemerintah dan bisa melanjutkan pendidikannya di University of Engineering & Technology, Lahore. Seusai menuntaskan pendidikannnya di program studi Teknik Elektro, awal 1960, Bashiruddin bergabung dengan Pakistan Atomic Energy Commission (PAEC).

Kemudian dia mendapatkan gelar master Nuclear Engineering dari The University of Manchester, Inggris. Ia terus mengasah keahliannya di bidang Nuclear Engineering (Teknik Nuklir) dengan melanjutkan studinya di Nuclear Technology Eduaction Consortium di Manchester.

Melihat potensi dan kecerdasan Bashiruddin, Pemerintah Inggris memintanya bekerja di negara tersebut dengan berbagai tawaran yang menggiurkan. Namun, kecintanannya yang begitu tinggi kepada Pakistan, berbagai tawaran menarik itu pun ditolaknya. Ia memutuskan kembali ke negaranya dan mendedikasikan diri bekerja di PAEC.

Pada awal 1970, Bashiruddin berhasil menemukan sebuah alat untuk mendeteksi kebocoran air atau heavy water leaks pada fasilitas pengembangan nuklir yang disebut SBM Probe (SBM merupakan singkatan dari namanya). Kebocoran air berat merupakan masalah yang sering terjadi pada fasilitas pengembang an nuklir di seluruh dunia.

Hasil penemuannya di dunia nuklir sangat berpengaruh terhadap kariernya. Bahkan, hasil penemuannya tersebut masih digunakan oleh negara-negara pengembang nuklir saat ini. Pada 1974, dia menjadi Direktur proyek pengayaan uranium di bawah PAEC atas permintaan pemerintah Pakistan.

Kemudian, ia membangun laboratorium untuk memproduksi Low-Enriched Uranium (LEU) maupun Highly Enriched Uranium (HEU). Dia juga mendesain dan mendirikan Nuclear Fuel Factory. Kemudian dia menjadi direktur jenderal Nuclear Power of PAEC dari 1996 hingga 1998.

Ambisi Bashiruddin untuk memperkaya uranium dipicu tindakan India yang meluncurkan nuklirnya pada 1974. Ia melihat hal itu sebagai ancaman terhadap negaranya, Pakistan. Bashiruddin dikenal sebagai orang yang sangat nasionalis. Sehingga dia tidak membiarkan negaranya menghadapi ancaman keamanan dari negara-negara lain.

Melihat kejeniusan Bashiruddin dalam bidang nuklir, rupanya negara-negara Barat mulai merasa ketakutan. Bahkan pemerintah AS di bawah kepemimpinan George W. Bush menudingnya membantu Taliban dalam membuat bom nuklir. Padahal CIA jelas-jelas mengatakan bahwa dia sama sekali tidak terlibat dengan jaringan Al Qaida.

Setelah pensiun dari jabatannya sebagai dirjen Nuclear Power of PAEC, Bashiruddin mendedikasikan dirinya dalam bidang kemanusiaan seperti pengadaan makanan, kesehatan, dan pendidikan, namun pemerintahan Bush tidak per caya.

Pada akhir 2001, dia ditahan di sebuah rumah di Islamabad selama 53 hari oleh Pa kistan Intelligence Agencies atas permintaan Amerika. Selama ditahan, dia di interogasi oleh agen-agen CIA berulang kali.

Bahkan putranya, dr Asim Mahmood, seorang ahli bedah syaraf di Rumah Sakit Sir Ganga Ram, Pakistan ikut menjelaskan kepada CIA bahwa ayahnya (Bashiruddin) memang pernah diminta oleh Osama Bin Laden untuk membuat bom nuklir, tetapi dia menolak keras permintaan tersebut.

”Membuat bom nuklir itu tidak mudah, kamu membutuhkan banyak uang dan sebuah institusi besar. Sebaiknya kamu melupakan hal itu. Saya tidak akan membuat bom nuklir. Terlebih lagi pe merintah Pakistan tidak akan menyu kai hal itu,” kata Bashirudin.

Selama masa penahanan, CIA maupun Pakistan Intelligence Agencies tidak menemukan bukti-bukti keterlibatan Bashirudin dengan Al-Qaida. Dia tidak ter bukti membantu Al-Qaida mencipta kan Weapon of Mass Distruction (WMD).

Tuduhan yang ditujukan kepada Nashiruddin itu dipicu ketakutan negara-negara Barat saja, terutama Amerika terhadap kemampuannya menciptakan nuklir. Akhirnya pada De sember 2001 Bashirudin bisa meng hirup udara bebas. Pada 2002, dia tinggal di rumahnya di Islamabad ber sama dengan istri, putranya, juga cu cunya menikmati hidup penuh kedamaian.

Berkat dedikasi dan pengabdiannya, Bashirudidn dianugerahi sejumlah penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Pemerintah Pakistan meng anu gerahinya Sitara-i-Imtiaz (Star of Ex cellence) atas sumbangannya terhadap ilmu fisika dan nuklir pada 1998.

Sitara-i-Imtiaz merupakan penghargaan yang diberikan pemerintah Pakis tan bagi warganya yang berjasa dalam bidang literatur, seni, kedokteran, dan ilmu pengetahuan. Penghargaan ini biasanya diberikan pada saat hari ke merdekaan Pakistan.

Pada tahun 1998, dia juga mendapat kan medali emas dari Pakistan Academy of Sciences atas sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan. Terlebih lagi, ilmu pengetahuan itu berguna bagi kemakmuran umat manusia. Pada tahun yang sama, dia juga mendapatkan medali emas US dari US Institute of Historical Biographies.

Sesungguhnya, nuklir itu memiliki dua sisi positif maupun negatif, tergantung bagaimana manusia menggunakannya. Selama energi nuklir dipergunakan untuk hal-hal positif seperti pengembangan tenaga listrik dari nuklir itu tidak masalah. Namun, nu klir akan berakibat fatal jika digunakan untuk menyerang negara-negara lain di dunia.

Karya-karya Sang Ahli Nuklir

Selain ahli dalam bidang nuklir, Bashiruddin juga aktif menulis buku, baik buku tentang Islam maupun tentang ilmu pengetahuan. Dia terkenal sebagai orang yang relijius dalam dunia akademisi Pakistan.

Bashiruddin telah menulis 15 buku tentang Islam. Beberapa bukunya yang terkenal antara lain, Doomsday and Life After Death (Hari Kiamat dan Hidup Setelah Mati) yang berisi interpretasi hari kiamat berdasarkan penjelasan ilmiah menurut Alquran. Dia juga menulis buku berjudul Muhammad: The First & the Last Cosmology and Human Destiny ( Muhammad: Kosmologi Pertama & Terakhir dan Takdir Manusia). Dia juga menulis tafsir Alquran yang dipublikasikan pada 2005.

Beberapa karyanya yang lain antara lain: Kitab e Zindagi, Mawara, Taseer ul Bayan, Qiyamat or Hayat Bad al Mot, Quran Aik Sciency Mojza, Talash e Haqeeqat, Al fozul Azeem, Qiyama key Motalik Heyrat angez Peshgoiyan, Qiyama key Motalik Heyrat angez Sciency Mushahidat o Tajrbat, First and the Last, Children Rhymes, Our Journey Through Time and Space, Qur’an Pak, Pahliy or Akhriy Haqeeqat, serta Dharhi.

Selain aktif menulis, dia juga mengetuai Dar-ul-Hikmat International, sebuah LSM didirikannya pada 1987. Dar-ul-Hikmat didirikan untuk mengembangkan riset hubungan antara Alquran dengan penemuan ilmiah modern. Dia juga aktif dalam proyek-proyek kemanusiaan seperti makanan, kesehatan, dan pendidikan apalagi sejak terjadinya bencana gempa di Pakistan pada Oktober 2005.

Kepedulian Bashiruddin terhadap kepentingan umat manusia tidak hanya ditujukan kepada masyarakat umum. Bahkan dia juga peduli terhadap kehi dup an para narapidana di Pakistan. Dia menginginkan para narapidana di negaranya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, begitu menghirup udara bebas.

Ia lalu membentuk kelompok informal sesama narapidana untuk belajar bersama. Dia juga membangun perpustakaan-perpustakaan yang bukunya melimpah ruah sebagai media belajar para narapidana. Selain itu, Bashiruddin juga membantu orang-orang yang tidak bersalah supaya bisa keluar dari penjara.

Sejumlah pencapaian yang berhasil dilakukan sang ahli nuklir itu antara lain:
* Menyelesaikan sejumlah proyek atom di Pakistan.
* Mendirikan Kahuta Nuclear Enrichment Program di Pakistan pada 1974.
* Mendesain dan membangun Khushab Nuclear Power Plant, ini merupakan satu-satunya Nuclear Power Plant yang dibuat oleh seorang ahli dari dunia Muslim untuk memproduksi Plutonium and Tritium.
* Melakukan berbagai penemuan di bidang teknologi nuklir yang penting bagi perkembangan dan pemanfaatan nuklir.
* Aktif dalam menyebarkan teknologi nuklir untuk dimanfaatkan secara damai bagi kepentingan manusia seperti untuk kegiatan kedokteran, pertanian, maupun industri.
* Manjadi pionir dalam melakukan riset yang menghubungkan antara Alquran dan ilmu pengetahuan
* Ketua Holy Qur’an Research Foundation, di Islamabad. (Rpb/sbl)

sumber : sabili.com